Rabu, 02 Maret 2016

PENTINGNYA PENGAKUAN DOSA


Kebanyakan orang merasa malu mengakui kesalahannya di hadapan orang lain, karena dengan mengakui kesalahan, sama halnya dengan mengakui dosanya sendiri. Tetapi ia tidak sadar, sepanjang kesalahannya tidak diakui, maka komonikasi yang dibangunnya dengan orang lain di sekitarnya tidak akan dapat berjalan lancar. Kebiasaan ini sering kali terbawa hingga saat kita berkomonikasi dengan Tuhan secara pribadi melalui doa kita. Kita ingin menjalin komonikasi dengan Tuhan melalui doa kita, tetapi perbuatan dosa juga tetap kita lakukan. Karena itu, tidak heran bila permohonan kita tidak direspon oleh Tuhan karena permohonan itu ada yang menghalanginya. Apa penghalang doa kita kepada Tuhan? Nabi Yesaya berkata, ”Sesunguhnya tangan Tuhan tidak kurang panjang untuk menyelamatkan, dan pendengaran-Nya tidak kurang tajam untuk mendengar, tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu…” (Yesaya 59:1-2). Kalau demikian, sebelum kita berkomonikasi dengan Tuhan maka dosa kita mesti diakui dulu di hadapan Tuhan. Mengapa doa pengakuan dosa itu penting?
Pertama, karena doa pengakuan dosa adalah sebuah “jembatan” untuk berdialog dengan Tuhan. Bagaimana mungkin kita berdoa kepada Tuhan dengan bergelimang dosa dan dosa itu tidak diakui. Doa adalah pembicaraan pribadi kita dengan Tuhan. Kalau kita berdoa dalam gelimang dosa, maka sama halnya komunikasi kita dengan Tuhan bersifat monolog bukan dialog. Komunikasi yang monolog dengan Tuhan adalah komunikasi yang terputus, karena dosa telah memisahkan kita dengan Allah.
Kedua, pengakuan dosa adalah sebuah pernyataan di hadapan Allah bahwa diri kita bersedia untuk mengubah nilai-nilai yang kita anut yang tidak sesuai dengan kehendak Allah dan mulai memperhatikan hubungan dengan sesama.
Aktor film terkenal Sylvester Stallone pernah berkata dengan jujur dalam sebuah wawancara, Seandainya saya menonton film tentang kehidupan nyata pribadi saya, saya akan geleng-geleng kepala karena putus asa dan heran. Hidup saya bagaikan film komedi kesalahan.” Stallone, dikagumi karena keberhasilannya dalam memerankan tokoh bernama Rocky dan Rambo. Namun kehebatannya di dalam film sangat berbeda dengan kehidupan pribadinya yang sebenarnya. Bayangkan jika seandainya hidup nyata kita sehari-hari difilmkan. Bukankah film itu akan menampilkan kehidupan seorang berdosa yang tidak bertingkah laku selayaknya pengikut Kristus? Apakah kita akan menyembunyikan beberapa babak kehidupan kita itu? Ataukah kita justru termotivasi, seperti yang dikatakan Stallone, untuk mengubah nilai-nilai yang kita anut dan mulai memperhatikan “hubungan dengan sesama. Sebelum kita berani mengakui dosa kita di hadapan Allah, maka kita tidak akan bernai juga untuk mengakui kesalahan kita di hadapan manusia. Karena itu, mari kita senantiasa mengakui dosa-dosa kita di hadapan Allah dengan sungguh-sungguh, agar kita termotivasi untuk mengubah sifat-sifat kita yang tidak berkenan terhadap sesama.
(Pdt. Dermawisata J. Baen)

MENGHORMATI ALLAH


Aristoteles Onasis, adalah seorang terkaya di dunia di zamannya. Ia memiliki segala-galanya, namun di akhir hidupnya Onasis sangat menderita. Saat ia meninggal dunia, seorang sahabatnya menangis di hadapan jenajah Onasis sambil berkata, “Engkau telah mengajarkan banyak hal padaku untuk menaklukkan dunia ini, tetapi sayang engkau lupa bahwa engkau bukan Tuhan”.
Saat orang dibutakan oleh kekayaan dan kekuasaan, maka kadang sulit baginya untuk dapat menghormati apa yang menjadi hak orang lain. Kisah kematian Herodes oleh ditampar malaikat Tuhan, memperlihatkan bahwa kekuasaan dan kekayaan telah membuatnya lupa bahwa ia bukanlah Allah meski rakyatnya menganggap suaranya adalah suara Allah (Kisah Rasul 12:22). Meski kekuasaanya yang begitu luas mencakup wilayah Yudea, Samaria dan hingga di beberapa bagian Galilea, namun Herodes masih merasa terancam dengan perkembangan agama Kristen saat itu. Ia membunuh Yakobus dan memenjarakan Petrus. Tetapi Tuhan tidak meninggalkan setiap orang yang berjuang demi nama-Nya. Penghambatan justeru semakin membuat berita Injil Yesus Kristus semakin tersebar di seluruh penjuru dunia.
Banyak peristiwa terjadi di sekitar kisah pekabaran Injil di zaman para rasul yang membuktikan kuasa Tuhan menyertai pekerjaan mulia itu, diantaranya terlepasnya Petrus dari penjara oleh malaikat Tuhan dan matinya Herodes dengan cara yang tragis ditampar malaikat Tuhan. Kematian Herodes dicatat dalam Kisah Rasul untuk menjadi peringatan tentang mereka yang tidak menghormati Allah. Mereka yang hidup dengan tidak menghormati Allah akan hancur dan binasa, sebaliknya mereka yang hidup dengan menghormati Allah akan bahagia dan selamat. Herodes hidup dalam keyakinannya bahwa tidak ada kuasa yang melebihi kekuasaanya, namun ia lupa bahwa ia hanyalah manusia biasa dan bukan Tuhan.
Selain itu kematian Herodes menjadi pengalaman iman tentang kuasa Allah yang tidak dapat dihalangi oleh siapa pun juga, termasuk orang yang sangat berkuasa sekali pun. Karena itu, marilah kita menghormati Allah bukan hanya saat kita datang kepada-Nya dalam ritual ibadah, namun tetap menghormati-Nya dalam seluruh kata dan perbuatan bahkan segenap aktifitas kehidupan kita sehari-hari.
(Pdt. Dermawisata J. Baen,M.Th)