Dalam kisah perbudakan umat Israel di Mesir yang dikisahkan dalam kitab suci Perjanjian Lama, bahwa tujuan Firaun menambah beban kerja paksa, agar umat Israel meragukan dan melupakan Allah. Dalam suasana hiruk-pikuk pergumulan dan penderitaan, umat Israel tidak mampu melihat kuasa Tuhan yang justru sedang
bekerja ( Keluaran 6:8). Bahkan Musa pun telah menjadi tawar hati. Ia merasa bersalah
dan menganggap dirinya sebagai penyebab kesengsaraan bangsanya. Musa juga
menuduh Allah yang mengutusnya untuk berbicara kepada Firaun sebagai Allah yang
bengis (Keluaran 5:22-23).
Ketidak mampun melihat kuasa Tuhan dalam situasi sulit,
yang dialami oleh umat Israel saat itu, mungkin saja dialami oleh umat masa
kini. Ketika kesulitan dan kekawatiran menguasai hidup kita, maka suara Tuhan
dalam rangka menolong kita malah tenggelam tak terdengar. Tujuan kuasa jahat merongrong kita dengan penderitaan, agar kita tidak
mendengar bahkan sulit untuk tetap memercayai Tuhan. Namun, jika kita mau
berdiam diri di hadapan-Nya dan merenungkan kasih setia-Nya, kita akan
menemukan bahwa Tuhan adalah Allah yang setia.
Ada sebuah ungkapan kata-kata bijak berbunyi, ’problem
yang kita hadapi akan berkurang seperempat, hanya dengan membiarkan diri duduk
secara tenang’. Pemazmur berkata, ”Hanya pada Allah saja kiranya aku tenang,
sebab dari pada-Nyalah harapanku” (Mzm.62:6). Karena itu, kalahkan segala hiruk
pikuk masalah kehidupan kita dengan berdiam diri mendengarkan suara Tuhan
melalui firman-Nya dan temukan penggenapan janji keselamatan dan kasih setia
Tuhan berlaku atas kita.
( Pdt. Dermawisata J. Baen)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar