Arloji seorang tukang kayu secara tak disengaja terjatuh
dan terbenam di dalam tumpukan serbuk kayu. Ia berusaha sedapat mungkin untuk
menemukan kembali arlojinya. Sambil mengeluh mempersalahkan keteledoran diri
sendiri, si tukang kayu itu membongkar tumpukan serbuk yang tinggi, namun
sia-sia saja. Dengan lesu ia meninggalkan bengkel kayu tersebut. Saat itu
seorang anak yang sejak tadi memperhatikan, datang mendekati tumpukan serbuk
kayu tersebut. Ia menjongkok sejenak dan mencari. Tak berapa lama berselang ia
telah menemukan kembali arloji kesayangan si tukang kayu tersebut. Tentu si
tukang kayu heran, karena sebelumnya ia telah membongkar tumpukan serbuk, namun
tidak menemukan arlojinya. Bagaimana caranya
engkau mencari arloji ini? Tanya si tukang kayu. 'Anak itu menjawab, ‘Saya
hanya duduk secara tenang di lantai. Dalam keheningan itu saya bisa mendengar
bunyi arloji itu. Dengan itu saya tahu
di mana arloji itu berada’.Kisah ini memberikan inspirasi bahwa ketenangan bukan saja hanya mempengaruhi kepada setiap keputusan kita, tetapi lebih penting lagi bahwa dengan ketenangan, jiwa kita mendapat kesempatan untuk mendengar bisikan Tuhan melalui hati nurani kita.
Dalam kisah perbudakan umat Israel di Mesir yang dikisahkan dalam kitab suci Perjanjian Lama, bahwa tujuan Firaun menambah beban kerja paksa, agar umat Israel meragukan dan melupakan Allah. Dalam suasana hiruk-pikuk pergumulan dan penderitaan, umat Israel tidak mampu melihat kuasa Tuhan yang justru sedang
bekerja ( Keluaran 6:8). Bahkan Musa pun telah menjadi tawar hati. Ia merasa bersalah
dan menganggap dirinya sebagai penyebab kesengsaraan bangsanya. Musa juga
menuduh Allah yang mengutusnya untuk berbicara kepada Firaun sebagai Allah yang
bengis (Keluaran 5:22-23).
Ketidak mampun melihat kuasa Tuhan dalam situasi sulit,
yang dialami oleh umat Israel saat itu, mungkin saja dialami oleh umat masa
kini. Ketika kesulitan dan kekawatiran menguasai hidup kita, maka suara Tuhan
dalam rangka menolong kita malah tenggelam tak terdengar. Tujuan kuasa jahat merongrong kita dengan penderitaan, agar kita tidak
mendengar bahkan sulit untuk tetap memercayai Tuhan. Namun, jika kita mau
berdiam diri di hadapan-Nya dan merenungkan kasih setia-Nya, kita akan
menemukan bahwa Tuhan adalah Allah yang setia.
Ada sebuah ungkapan kata-kata bijak berbunyi, ’problem
yang kita hadapi akan berkurang seperempat, hanya dengan membiarkan diri duduk
secara tenang’. Pemazmur berkata, ”Hanya pada Allah saja kiranya aku tenang,
sebab dari pada-Nyalah harapanku” (Mzm.62:6). Karena itu, kalahkan segala hiruk
pikuk masalah kehidupan kita dengan berdiam diri mendengarkan suara Tuhan
melalui firman-Nya dan temukan penggenapan janji keselamatan dan kasih setia
Tuhan berlaku atas kita.
( Pdt. Dermawisata J. Baen)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar