"Emas dan perak tidak ada padaku, tetapi apa yang kupunyai, kuberikan kepadamu: Demi nama Yesus Kristus, orang Nazaret itu, berjalanlah" ( Kisah Rasul 3:6)
Jumat, 26 Februari 2016
Selasa, 23 Februari 2016
MENDENGAR SUARA TUHAN DALAM KEHENINGAN
Arloji seorang tukang kayu secara tak disengaja terjatuh
dan terbenam di dalam tumpukan serbuk kayu. Ia berusaha sedapat mungkin untuk
menemukan kembali arlojinya. Sambil mengeluh mempersalahkan keteledoran diri
sendiri, si tukang kayu itu membongkar tumpukan serbuk yang tinggi, namun
sia-sia saja. Dengan lesu ia meninggalkan bengkel kayu tersebut. Saat itu
seorang anak yang sejak tadi memperhatikan, datang mendekati tumpukan serbuk
kayu tersebut. Ia menjongkok sejenak dan mencari. Tak berapa lama berselang ia
telah menemukan kembali arloji kesayangan si tukang kayu tersebut. Tentu si
tukang kayu heran, karena sebelumnya ia telah membongkar tumpukan serbuk, namun
tidak menemukan arlojinya. Bagaimana caranya
engkau mencari arloji ini? Tanya si tukang kayu. 'Anak itu menjawab, ‘Saya
hanya duduk secara tenang di lantai. Dalam keheningan itu saya bisa mendengar
bunyi arloji itu. Dengan itu saya tahu
di mana arloji itu berada’.Kisah ini memberikan inspirasi bahwa ketenangan bukan saja hanya mempengaruhi kepada setiap keputusan kita, tetapi lebih penting lagi bahwa dengan ketenangan, jiwa kita mendapat kesempatan untuk mendengar bisikan Tuhan melalui hati nurani kita.
Dalam kisah perbudakan umat Israel di Mesir yang dikisahkan dalam kitab suci Perjanjian Lama, bahwa tujuan Firaun menambah beban kerja paksa, agar umat Israel meragukan dan melupakan Allah. Dalam suasana hiruk-pikuk pergumulan dan penderitaan, umat Israel tidak mampu melihat kuasa Tuhan yang justru sedang
bekerja ( Keluaran 6:8). Bahkan Musa pun telah menjadi tawar hati. Ia merasa bersalah
dan menganggap dirinya sebagai penyebab kesengsaraan bangsanya. Musa juga
menuduh Allah yang mengutusnya untuk berbicara kepada Firaun sebagai Allah yang
bengis (Keluaran 5:22-23).
Ketidak mampun melihat kuasa Tuhan dalam situasi sulit,
yang dialami oleh umat Israel saat itu, mungkin saja dialami oleh umat masa
kini. Ketika kesulitan dan kekawatiran menguasai hidup kita, maka suara Tuhan
dalam rangka menolong kita malah tenggelam tak terdengar. Tujuan kuasa jahat merongrong kita dengan penderitaan, agar kita tidak
mendengar bahkan sulit untuk tetap memercayai Tuhan. Namun, jika kita mau
berdiam diri di hadapan-Nya dan merenungkan kasih setia-Nya, kita akan
menemukan bahwa Tuhan adalah Allah yang setia.
Ada sebuah ungkapan kata-kata bijak berbunyi, ’problem
yang kita hadapi akan berkurang seperempat, hanya dengan membiarkan diri duduk
secara tenang’. Pemazmur berkata, ”Hanya pada Allah saja kiranya aku tenang,
sebab dari pada-Nyalah harapanku” (Mzm.62:6). Karena itu, kalahkan segala hiruk
pikuk masalah kehidupan kita dengan berdiam diri mendengarkan suara Tuhan
melalui firman-Nya dan temukan penggenapan janji keselamatan dan kasih setia
Tuhan berlaku atas kita.
( Pdt. Dermawisata J. Baen)
Sabtu, 20 Februari 2016
Jumat, 19 Februari 2016
ANTIKRISTUS
Antikristus secara umum memang berarti tidak suka atau tidak senang dengan
Kristus. Dengan pengertian ini memang benar, bahwa siapapun yang tidak mematuhi atau tidak mentaati perintah Kristus berarti digolongkan kepada Antikristus.
Karena itu Yohanes mengingatkan akan bahaya ini terbuka bagi siapapun, termasuk
orang-orang yang percaya kepada Kristus itu sendiri.
Penulis Kitab (1Yoh. 2:21) berkata, “Aku menuliskan hal ini kepadamu bukan karena kamu tidak tahu
tentang kebenaran, tetapi justeru karena kamu mengetahuinya....” Seseorang dikatakan bersalah kalau ia mengetahui suatu pada peraturan,
tetapi dengan sengaja melanggarnya. Rasul Yakobus mengatakan,”Jika seseorang
tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa”
(Yak. 4:17). Jadi perlawanan dengan sengaja pada Kristus dan ajarannya
digolongkan sebagai Antikristus. Mengapa seseorang bisa berubah
menjadi Antikristus? Yohanes menyebutkan antara lain :
Pertama, karena mereka tidak sungguh-sungguh termasuk pada kita (1 Yoh 2:19). Artinya mereka mengikuti dan menjalankan kewajiban kepercayaannya tetapi tidak dengan
sungguh-sungguh atau secara setengah-setengah. Kedua, Seorang pendusta atau pembohong maka tidak ada kebenaran dalam dirinya, karena tidak ada
dusta berasal dari kebenaran. Seorang pendusta
kata-katanya memang tidak bisa dipercaya. Yohanes menjelaskan, siapakah pendusta itu? Bukankah dia
yang menyangkal bahwa Yesus adalah Kristus? Karenanya seorang pendusta, juga tidak segan-segan menyangkal ucapannya
sendiri atau juga apa yang menjadi kepercayaannya baik langsung maupun tidak langsung, misalnya dengan sikap dan perbuatan. Inilah alasan mengapa
seorang pendusta juga digolongkan sebagai Antikristus. Bagaimana agar orang
percaya terhindar dari bahaya menjadi Antikristus? Jawabannya ialah
sungguh-sungguh menjalani kehidupan di dalam iman, jujur dalam perkataan (tidak
pendusta) serta menjauhi sifat-sifat penyangkalan terhadap Kristus, baik
kata-kata maupun perbuatan.
(Pdt.Dermawisata J.
Baen)
SEORANG PENDUSTA ANTIKRISTUS? ( 1 Yohanes 2:18-27)
Antikristus secara umum memang berarti tidak suka atau tidak senang dengan
Kristus. Dengan pengertian ini memang benar, bahwa siapapun yang tidak mematuhi atau tidak mentaati perintah Kristus berarti digolongkan kepada Antikristus.
Karena itu Yohanes mengingatkan akan bahaya ini terbuka bagi siapapun, termasuk
orang-orang yang percaya kepada Kristus itu sendiri.
Pada ayat (2Yohanes
berkata, “Aku menuliskan hal ini kepadamu bukan karena kamu tidak tahu
tentang kebenaran, tetapi justeru karena kamu mengetahuinya....” Seseorang dikatakan bersalah kalau ia mengetahui suatu pada peraturan,
tetapi dengan sengaja melanggarnya. Rasul Yakobus mengatakan,”Jika seseorang
tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa”
(Yak. 4:17). Jadi perlawanan dengan sengaja pada Kristus dan ajarannya
digolongkan sebagai Antikristus. Mengapa seseorang bisa berubah
menjadi Antikristus? Yohanes menyebutkan antara lain :
Pertama, karena mereka tidak sungguh-sungguh termasuk pada kita (19). Artinya mereka mengikuti dan menjalankan kewajiban kepercayaannya tetapi tidak dengan
sungguh-sungguh atau secara setengah-setengah. Kedua, Seorang pendusta atau pembohong maka tidak ada kebenaran dalam dirinya, karena tidak ada
dusta berasal dari kebenaran. Seorang pendusta
kata-katanya memang tidak bisa dipercaya. Yohanes menjelaskan, siapakah pendusta itu? Bukankah dia
yang menyangkal bahwa Yesus adalah Kristus? Karenanya seorang pendusta, juga tidak segan-segan menyangkal ucapannya
sendiri atau juga apa yang menjadi kepercayaannya baik langsung maupun tidak langsung, misalnya dengan sikap dan perbuatan. Inilah alasan mengapa
seorang pendusta juga digolongkan sebagai Antikristus. Bagaimana agar orang
percaya terhindar dari bahaya menjadi Antikristus? Jawabannya ialah
sungguh-sungguh menjalani kehidupan di dalam iman, jujur dalam perkataan (tidak
pendusta) serta menjauhi sifat-sifat penyangkalan terhadap Kristus, baik
kata-kata maupun perbuatan.
(Pdt.Dermawisata J.
Baen, M.Th)
Selasa, 16 Februari 2016
TAHAPAN PERUBAHAN LAMBANG GKE
TAHAPAN PERUBAHAN LAMBANG
GEREJA KALIMANTAN
EVANGELIS (GKE) SEJAK TH.1960-an HINGGA 2015
Lambang adalah penunjuk identitas diri
yang penuh dengan makna. Di dalamnya terkandung dasar, filosopi dan cita-cita
yang diperjuangkannya (visi dan misi). Lambang
juga mengandung artian branding,
merek dengan kualitas yang handal bagi masyarakat. Secara historis Gereja
Kalimantan Evangelis (GKE) mengenal beberapa versi lambang, antara lain:
1. Lambang
Salib
Lambang Salib adalah versi tertua dari
lambang yang dipergunakan oleh GKE, yakni sejak tahun 1960an sampai akhir tahun 1984. Lambang ini baru
dalam bentuk cap stempel,
karena kurun waktu ini masih belum dikenal penggunaan lambang seperti pada kop surat sekarang
ini.
(Masa sebelum Th. 1975) (Masa Th.1975-1981) ( Masa Th. 1981-1984)
|
||
2. Lambang
GKE pada Kemenkumham RI
Pada
tahun 1968 pemerintah mengadakan pembersihan sisa-sisa Gerakan 3o September di segala bidang. Upaya ini dituangkan
dalam Pancakrida. Setiap
daerah melalui PEPELRADA (Penguasa Pelaksana Perang Daerah) termasuk Kalimantan,
melakukan upaya pembersihan dari anasir-anasir komunisme. Semua lembaga, institusi dan
organisasi diwajibkan untuk menyatakan kesetiaan kepada Pancasila dengan cara
mendaftarkan diri bersama dengan statuta dan lambang organisasi yang
melambangkannya. Merespon
keputusan pemerintah tersebut pada tahun 1969 maka GKE di bawah pimpinan Pdt. E. Saloh menugaskan
Bapak A. A. Sinaga, W.A. Narang,
Pdt. Edwin Masal
dan M.P. Lambut untuk membuat lambang GKE untuk didaftarkan secara
resmi di Kementrian Hukum RI tahun 1969.
3. Sayembara Pembuatan Lambang GKE
Pada tahun
1982 Majelis Sinode mengadakan sayembara pembuatan lambang GKE. Inilah lambang
GKE yang keluar sebagai pemenang yang dibuat oleh Bapak Drs. Harteman F.Nangu. Pengumuman
pemenang lomba disampaikan
dengan Surat pemberitahuan
MS GKE No. 782/MSGKE/U.I/9/1982 tanggal 16 September 1982.
4. Penggunaan Lambang Secara Resmi oleh Majelis Sinode GKE
Penggunaan
pertama lambang GKE secara resmi dalam dokumen GKE baru dimulai pada Januari
1985, baik pada kop surat resmi maupun pada cap stempel. Versi ini muncul perdana
dengan warna hitam putih. Lambang
GKE baru dituangkan ke dalam Tata Gereja GKE untuk pertama kalinya dalam Sinode
Umum XX GKE tahun 2000 di Muara Teweh.
Setelah Sinode Umum XXI GKE di Balikpapan, lambang GKE mulai dipkai dalam
bentuk berwarna. Namun,
implentasinya dalam kop surat resmi baru digunakan pada tahun 2007. Tata Gereja GKE kembali
direvisi pada Sinode Umum XXII GKE di Pontianak tahun 2010. Dalam pasal 3 Tata
Gereja GKE ini ada beberapa perubahan dan penambahan berkenaan dengan lambang
GKE sehingga bunyinya menjadi demikian: (ayat 1) “Lambang Gereja Kalimantan
Evangelis terdiri dari pulau Kalimantan, perahu yang membawa Alkitab, salib dan
huruf Alpha dan Omega sedang berlayar di samudera atau
lautan, tahun 1935 dan nama Gereja Kalimantan Evangelis yang keseluruhannya dikelilingi
lingkaran.
Unsur-unsur dari lambang itu disusun
dalam paduan warna biru, hitam, hijau, kuning dan merah”. (ayat 2) “Arti
lambang Gereja Kalimantan Evangelis tersebut dimuat dalam Peraturan Gereja
Kalimantan Evangelis”. Pada lambang GKE yang ditetapkan juga ada perubahan,
yakni pada lingkaran dalam yang sebelumnya berbentuk tajam seperti gergaji
menjadi berbentuk tidak tajam persegi empat. Lambang dimaksud adalah seperti disamping ini.
5. Lambang GKE Hasil Perubahan Pada SU XXIII di Tamiang Layang
1. Lambang
GKE berbentuk lingkaran (bundar) melambangkan kesatuan jemaat-jemaat GKE dan
relasi dengan gereja luar, serta tekad pelayanan yang tidak berkesudahan.
2. Tiga
lingkaran konsentris luar yang melambangkan Tri Panggilan Gereja. Garis lingkar
paling luar adalah Koinonia, Garis lingkar tengah adalah Marturia dan Garis lingkar dalam adalah Diakonia.
3. Satu lingkaran bergerigi melambangkan dinamika tantanganyang dihadapi GKE setiap saat, baik dari dalam maupun dari luar, kendatipun demikian gereja selalu bekerja dengan berporos pada Yesus Kristus.
3. Satu lingkaran bergerigi melambangkan dinamika tantanganyang dihadapi GKE setiap saat, baik dari dalam maupun dari luar, kendatipun demikian gereja selalu bekerja dengan berporos pada Yesus Kristus.
4. Tulisan
GEREJA KALIMANTAN EVANGELIS berwarna ungu dalam busur lingkaran menyatakan nama Gereja
5. Angka 1839 dengan warna unggu adalah tahun lahirnya Gereja Kalimantan Evangelis berdasarkan atas baptisan pertama 10 April 1839 di Bethabara.
6. Gambar peta pulau Kalimantan melambangkan pusat dan wilayah pelayanan GKE.
5. Angka 1839 dengan warna unggu adalah tahun lahirnya Gereja Kalimantan Evangelis berdasarkan atas baptisan pertama 10 April 1839 di Bethabara.
6. Gambar peta pulau Kalimantan melambangkan pusat dan wilayah pelayanan GKE.
8. Buku yang terbuka di atas perahu melambangkan Alkitab sebagai Firman Allah yang selalu siap dibaca, ditaati, dipraktikkan dan diberitakan.
9. Salib
berwarna merah melambangkan darah Kristus yang menyelamatkan dan melambangkan
kemenangan dari berbagai kuasa jahat dan tantangan. Salib yang puncaknya
memasuki wilayah negara tetangga, sebagai gambaran cita-cita untuk mengabarkan
Injil sampai ke ujung bumi.
10. Huruf
kapital Yunani klasik Alpha “Д” di
bagian Alkitab kiri dan huruf kapital Yunani klasik Omega “Ω” di bagian Alkitab kanan melambangkan kasih dan kuasa
Kristus yang tidak berakhir.
11. Lima buah gelombang melambangkan
tantangan yang dihadapi umat dalam menaati Firman Tuhan, dan melambangkan lima
sila Pancasila sebagai asas bernegara dan bermasyarakat.
12. Warna-warna Kuning, hitam, merah,
putih, hijau dan biru melambangkan berbagai makna yang agung dan positif.
a) Kuning keemasan yang menjadi latar belakang dan
mendominasi lambang berarti kejayaan GKE.
b) Hitam yang menjadi lingkaran luar bermakna
Kekekalan
c) Merah yang menjadi lingkaran luar
bagian dalam bermakna keberanian menghadapi segala tantangan.
d) Hitam yang menjadi lingkaran dalam
bergigi bermakna Kekekalan
e) Ungu pada tulisan Gereja Kalimantan
Evangelis dan tahunnya berarti kebijaksanaan dan
keseimbangan hidup
f) Hijau pada pulau Kalimantan bermakna
damai sejahatera (kemakmuran)
g) Putih pada pulau Kalimantan bermakna
kehidupan baru bagi Injil dan kesempatan
baru bagi pemberitaan Kabar Baik.
h) Merah pada salib bermakna kasih,
pengorbanan dan keselamatan Kristus
i)
Putih pada Alkitab bermakna kebenaran
dan kemuliaan yang abadi.
j) Hitam pada tulisan Alpa dan Omega
bermakna kekekalan
k) Hitam bergaris pada Jukung bermakna
kebersamaan dan persekutuan
l) Biru pada gelombang air bermakna
kegigihan
Sumber : diambil dari Buku Daftar Keputusan SU XXIII Gereja Kalimantan Evangelis tanggal 6-10 Juli 2015 di Tamiang Layang, Kalimantan Tengah
Langganan:
Postingan (Atom)