Selasa, 23 Februari 2016

MENDENGAR SUARA TUHAN DALAM KEHENINGAN


Arloji seorang tukang kayu secara tak disengaja terjatuh dan terbenam di dalam tumpukan serbuk kayu. Ia berusaha sedapat mungkin untuk menemukan kembali arlojinya. Sambil mengeluh mempersalahkan keteledoran diri sendiri, si tukang kayu itu membongkar tumpukan serbuk yang tinggi, namun sia-sia saja. Dengan lesu ia meninggalkan bengkel kayu tersebut. Saat itu seorang anak yang sejak tadi memperhatikan, datang mendekati tumpukan serbuk kayu tersebut. Ia menjongkok sejenak dan mencari. Tak berapa lama berselang ia telah menemukan kembali arloji kesayangan si tukang kayu tersebut. Tentu si tukang kayu heran, karena sebelumnya ia telah membongkar tumpukan serbuk, namun tidak menemukan arlojinya. Bagaimana caranya engkau mencari arloji ini? Tanya si tukang kayu. 'Anak itu menjawab, ‘Saya hanya duduk secara tenang di lantai. Dalam keheningan itu saya bisa mendengar bunyi  arloji itu. Dengan itu saya tahu di mana arloji itu berada’.Kisah ini memberikan inspirasi bahwa ketenangan bukan saja hanya mempengaruhi kepada setiap keputusan kita, tetapi lebih penting lagi bahwa dengan ketenangan, jiwa kita mendapat kesempatan untuk mendengar bisikan Tuhan melalui hati nurani kita.
Dalam kisah perbudakan umat Israel di Mesir yang dikisahkan dalam kitab suci Perjanjian Lama, bahwa tujuan Firaun menambah beban kerja paksa, agar umat Israel meragukan dan melupakan Allah. Dalam suasana hiruk-pikuk pergumulan dan penderitaan, umat Israel tidak mampu melihat kuasa Tuhan yang justru sedang bekerja ( Keluaran 6:8). Bahkan Musa pun telah menjadi tawar hati. Ia merasa bersalah dan menganggap dirinya sebagai penyebab kesengsaraan bangsanya. Musa juga menuduh Allah yang mengutusnya untuk berbicara kepada Firaun sebagai Allah yang bengis (Keluaran 5:22-23).
Ketidak mampun melihat kuasa Tuhan dalam situasi sulit, yang dialami oleh umat Israel saat itu, mungkin saja dialami oleh umat masa kini. Ketika kesulitan dan kekawatiran menguasai hidup kita, maka suara Tuhan dalam rangka menolong kita malah tenggelam tak terdengar. Tujuan kuasa jahat merongrong kita dengan penderitaan, agar kita tidak mendengar bahkan sulit untuk tetap memercayai Tuhan. Namun, jika kita mau berdiam diri di hadapan-Nya dan merenungkan kasih setia-Nya, kita akan menemukan bahwa Tuhan adalah Allah yang setia.
Ada sebuah ungkapan kata-kata bijak berbunyi, ’problem yang kita hadapi akan berkurang seperempat, hanya dengan membiarkan diri duduk secara tenang’. Pemazmur berkata, ”Hanya pada Allah saja kiranya aku tenang, sebab dari pada-Nyalah harapanku” (Mzm.62:6). Karena itu, kalahkan segala hiruk pikuk masalah kehidupan kita dengan berdiam diri mendengarkan suara Tuhan melalui firman-Nya dan temukan penggenapan janji keselamatan dan kasih setia Tuhan berlaku atas kita.
                                                                                                                           ( Pdt. Dermawisata  J. Baen)

Jumat, 19 Februari 2016

ANTIKRISTUS


Antikristus secara umum memang berarti tidak suka atau tidak senang dengan Kristus. Dengan pengertian ini memang benar, bahwa siapapun yang tidak mematuhi atau tidak mentaati perintah Kristus berarti digolongkan kepada Antikristus. Karena itu Yohanes mengingatkan akan bahaya ini terbuka bagi siapapun, termasuk orang-orang yang percaya kepada Kristus itu sendiri.
Penulis Kitab (1Yoh. 2:21) berkata, “Aku menuliskan hal ini kepadamu bukan karena kamu tidak tahu tentang kebenaran, tetapi justeru karena kamu mengetahuinya.... Seseorang dikatakan bersalah kalau ia mengetahui suatu pada peraturan, tetapi dengan sengaja melanggarnya. Rasul Yakobus mengatakan,”Jika seseorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa” (Yak. 4:17). Jadi perlawanan dengan sengaja pada Kristus dan ajarannya digolongkan sebagai Antikristus. Mengapa seseorang bisa berubah menjadi Antikristus? Yohanes menyebutkan antara lain :
Pertama, karena mereka tidak sungguh-sungguh termasuk pada kita (1 Yoh 2:19). Artinya mereka mengikuti dan menjalankan kewajiban kepercayaannya tetapi tidak dengan sungguh-sungguh atau secara setengah-setengah. Kedua, Seorang pendusta atau pembohong maka tidak ada kebenaran dalam dirinya, karena tidak ada dusta berasal dari kebenaran. Seorang pendusta kata-katanya memang tidak bisa dipercaya. Yohanes menjelaskan, siapakah pendusta itu? Bukankah dia yang menyangkal bahwa Yesus adalah Kristus? Karenanya seorang pendusta, juga tidak segan-segan menyangkal ucapannya sendiri atau juga apa yang menjadi kepercayaannya baik langsung maupun tidak langsung, misalnya dengan sikap dan perbuatan. Inilah alasan mengapa seorang pendusta juga digolongkan sebagai Antikristus. Bagaimana agar orang percaya terhindar dari bahaya menjadi Antikristus? Jawabannya ialah sungguh-sungguh menjalani kehidupan di dalam iman, jujur dalam perkataan (tidak pendusta) serta menjauhi sifat-sifat penyangkalan terhadap Kristus, baik kata-kata maupun perbuatan.

(Pdt.Dermawisata J. Baen)

SEORANG PENDUSTA ANTIKRISTUS? ( 1 Yohanes 2:18-27)




Antikristus secara umum memang berarti tidak suka atau tidak senang dengan Kristus. Dengan pengertian ini memang benar, bahwa siapapun yang tidak mematuhi atau tidak mentaati perintah Kristus berarti digolongkan kepada Antikristus. Karena itu Yohanes mengingatkan akan bahaya ini terbuka bagi siapapun, termasuk orang-orang yang percaya kepada Kristus itu sendiri.
Pada ayat (2Yohanes berkata, “Aku menuliskan hal ini kepadamu bukan karena kamu tidak tahu tentang kebenaran, tetapi justeru karena kamu mengetahuinya.... Seseorang dikatakan bersalah kalau ia mengetahui suatu pada peraturan, tetapi dengan sengaja melanggarnya. Rasul Yakobus mengatakan,”Jika seseorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa” (Yak. 4:17). Jadi perlawanan dengan sengaja pada Kristus dan ajarannya digolongkan sebagai Antikristus. Mengapa seseorang bisa berubah menjadi Antikristus? Yohanes menyebutkan antara lain :
Pertama, karena mereka tidak sungguh-sungguh termasuk pada kita (19). Artinya mereka mengikuti dan menjalankan kewajiban kepercayaannya tetapi tidak dengan sungguh-sungguh atau secara setengah-setengah. Kedua, Seorang pendusta atau pembohong maka tidak ada kebenaran dalam dirinya, karena tidak ada dusta berasal dari kebenaran. Seorang pendusta kata-katanya memang tidak bisa dipercaya. Yohanes menjelaskan, siapakah pendusta itu? Bukankah dia yang menyangkal bahwa Yesus adalah Kristus? Karenanya seorang pendusta, juga tidak segan-segan menyangkal ucapannya sendiri atau juga apa yang menjadi kepercayaannya baik langsung maupun tidak langsung, misalnya dengan sikap dan perbuatan. Inilah alasan mengapa seorang pendusta juga digolongkan sebagai Antikristus. Bagaimana agar orang percaya terhindar dari bahaya menjadi Antikristus? Jawabannya ialah sungguh-sungguh menjalani kehidupan di dalam iman, jujur dalam perkataan (tidak pendusta) serta menjauhi sifat-sifat penyangkalan terhadap Kristus, baik kata-kata maupun perbuatan.

(Pdt.Dermawisata J. Baen, M.Th)

Selasa, 16 Februari 2016

TAHAPAN PERUBAHAN LAMBANG GKE



TAHAPAN PERUBAHAN LAMBANG
GEREJA KALIMANTAN EVANGELIS (GKE) SEJAK TH.1960-an HINGGA 2015

Lambang adalah penunjuk identitas diri yang penuh dengan makna. Di dalamnya terkandung dasar, filosopi dan cita-cita yang diperjuangkannya (visi dan misi). Lambang juga mengandung artian branding, merek dengan kualitas yang handal bagi masyarakat. Secara historis Gereja Kalimantan Evangelis (GKE) mengenal beberapa versi lambang, antara lain:

1.    Lambang Salib
Lambang Salib adalah versi tertua dari lambang yang dipergunakan oleh GKE, yakni sejak tahun 1960an sampai akhir tahun 1984. Lambang ini baru dalam bentuk cap stempel, karena kurun waktu ini masih belum dikenal penggunaan lambang seperti pada kop surat sekarang ini.






                   (Masa sebelum Th. 1975)                                 (Masa Th.1975-1981)                    ( Masa Th. 1981-1984)






2.    Lambang GKE pada Kemenkumham RI
Pada tahun 1968 pemerintah mengadakan pembersihan sisa-sisa Gerakan 3o September di segala bidang. Upaya ini dituangkan dalam Pancakrida. Setiap daerah melalui PEPELRADA (Penguasa Pelaksana Perang Daerah) termasuk Kalimantan, melakukan upaya pembersihan dari anasir-anasir komunisme. Semua lembaga, institusi dan organisasi diwajibkan untuk menyatakan kesetiaan kepada Pancasila dengan cara mendaftarkan diri bersama dengan statuta dan lambang organisasi yang melambangkannya. Merespon keputusan pemerintah tersebut pada tahun 1969 maka GKE di bawah pimpinan Pdt. E. Saloh menugaskan Bapak A. A. Sinaga, W.A. Narang, Pdt. Edwin Masal dan M.P. Lambut untuk membuat lambang GKE untuk didaftarkan secara resmi di Kementrian Hukum RI tahun 1969.


3.    Sayembara Pembuatan Lambang GKE
Pada tahun 1982 Majelis Sinode mengadakan sayembara pembuatan lambang GKE. Inilah lambang GKE yang keluar sebagai pemenang yang dibuat oleh Bapak Drs. Harteman F.Nangu. Pengumuman pemenang lomba disampaikan dengan Surat pemberitahuan MS GKE No. 782/MSGKE/U.I/9/1982 tanggal 16 September 1982.

  
4.    Penggunaan Lambang Secara Resmi oleh Majelis Sinode GKE
Penggunaan pertama lambang GKE secara resmi dalam dokumen GKE baru dimulai pada Januari 1985, baik pada kop surat resmi maupun pada cap stempel. Versi ini muncul perdana dengan warna hitam putih. Lambang GKE baru dituangkan ke dalam Tata Gereja GKE untuk pertama kalinya dalam Sinode Umum XX GKE tahun 2000 di Muara Teweh.

Setelah Sinode Umum XXI GKE di Balikpapan, lambang GKE mulai dipkai dalam bentuk berwarna. Namun, implentasinya dalam kop surat resmi baru digunakan pada tahun 2007. Tata Gereja GKE kembali direvisi pada Sinode Umum XXII GKE di Pontianak tahun 2010. Dalam pasal 3 Tata Gereja GKE ini ada beberapa perubahan dan penambahan berkenaan dengan lambang GKE sehingga bunyinya menjadi demikian: (ayat 1) “Lambang Gereja Kalimantan Evangelis terdiri dari pulau Kalimantan, perahu yang membawa Alkitab, salib dan huruf Alpha dan Omega sedang berlayar di samudera atau lautan, tahun 1935 dan nama Gereja Kalimantan Evangelis yang keseluruhannya dikelilingi lingkaran.  
Unsur-unsur dari lambang itu disusun dalam paduan warna biru, hitam, hijau, kuning dan merah”. (ayat 2) “Arti lambang Gereja Kalimantan Evangelis tersebut dimuat dalam Peraturan Gereja Kalimantan Evangelis”. Pada lambang GKE yang ditetapkan juga ada perubahan, yakni pada lingkaran dalam yang sebelumnya berbentuk tajam seperti gergaji menjadi berbentuk tidak tajam persegi empat. Lambang dimaksud adalah seperti disamping ini.

5. Lambang GKE Hasil Perubahan Pada SU XXIII di Tamiang Layang

   2. Tiga lingkaran konsentris luar yang melambangkan Tri Panggilan Gereja. Garis lingkar paling luar adalah Koinonia, Garis lingkar tengah adalah Marturia dan Garis lingkar dalam adalah Diakonia.

       3. Satu lingkaran bergerigi melambangkan dinamika tantanganyang dihadapi GKE setiap saat, baik dari dalam maupun dari luar, kendatipun demikian gereja selalu bekerja dengan berporos pada Yesus Kristus.

 4. Tulisan GEREJA KALIMANTAN EVANGELIS berwarna ungu dalam busur lingkaran menyatakan      nama Gereja 

5.  Angka 1839 dengan warna unggu adalah tahun lahirnya Gereja Kalimantan Evangelis berdasarkan atas baptisan pertama 10 April   1839 di Bethabara.   

6.    Gambar peta pulau Kalimantan melambangkan pusat dan wilayah pelayanan GKE.   

8.     Buku yang terbuka di atas perahu melambangkan Alkitab sebagai Firman Allah yang selalu siap dibaca, ditaati, dipraktikkan dan diberitakan.

9.    Salib berwarna merah melambangkan darah Kristus yang menyelamatkan dan melambangkan kemenangan dari berbagai kuasa jahat dan tantangan. Salib yang puncaknya memasuki wilayah negara tetangga, sebagai gambaran cita-cita untuk mengabarkan Injil sampai ke ujung bumi. 

10.  Huruf kapital Yunani klasik Alpha “Д” di bagian Alkitab kiri dan huruf kapital Yunani klasik Omega” di bagian Alkitab kanan melambangkan kasih dan kuasa Kristus yang tidak berakhir.

11.  Lima buah gelombang melambangkan tantangan yang dihadapi umat dalam menaati Firman Tuhan, dan melambangkan lima sila Pancasila sebagai asas bernegara dan bermasyarakat.

12.   Warna-warna Kuning, hitam, merah, putih, hijau dan biru melambangkan berbagai makna yang agung dan positif.

a)   Kuning keemasan yang menjadi latar belakang dan mendominasi lambang berarti     kejayaan GKE.
b)     Hitam yang menjadi lingkaran luar bermakna Kekekalan
c)   Merah yang menjadi lingkaran luar bagian dalam bermakna keberanian menghadapi segala tantangan.
d)    Hitam yang menjadi lingkaran dalam bergigi bermakna Kekekalan
e)    Ungu pada tulisan Gereja Kalimantan Evangelis dan tahunnya berarti kebijaksanaan dan keseimbangan hidup
f)     Hijau pada pulau Kalimantan bermakna damai sejahatera (kemakmuran)
g)   Putih pada pulau Kalimantan bermakna kehidupan baru bagi Injil dan kesempatan baru bagi pemberitaan Kabar Baik.
h)     Merah pada salib bermakna kasih, pengorbanan dan keselamatan Kristus
i)      Putih pada Alkitab bermakna kebenaran dan kemuliaan yang abadi.
j)      Hitam pada tulisan Alpa dan Omega bermakna kekekalan
k)     Hitam bergaris pada Jukung bermakna kebersamaan dan persekutuan
l)       Biru pada gelombang air bermakna kegigihan

Sumber : diambil dari Buku Daftar Keputusan SU XXIII Gereja Kalimantan Evangelis tanggal 6-10 Juli 2015 di Tamiang Layang, Kalimantan Tengah