Perikop pasal satu dari surat Yohanes yang pertama,
selain sebagai perkenalan tentang siapa dirinya dalam kaitannya dengan firman
hidup yang ia beritakan, Yohanes juga menuliskan kesaksiannya berdasarkan apa
yang ia alami sendiri agar para pembaca suratnya beroleh persekutuan dengan
Bapa di dalam Anak-Nya Yesus Kristus. Ada tiga point penting kita temukan dari
perikop ini:
1. Kesaksian Yohanes tentang Firman yang hidup, sangat
signifikan. Bila dalam pemikiran orang Yunani bahwa Logos (firman) telah ada sejak permulaan alam semesta. Sementara dalam
pemikiran para rabi Yahudi bahwa Allah berkaitan erat dengan Firman-Nya. Maka
dalam kesaksian Yohanes bahwa Firman yang telah ada sejak semula, dan berkaitan
erat dengan Allah itu, benar-benar telah menjadi manusia. Karena itu firman itu
dapat didengar, dilihat dan diraba serta nyata secara fisik sehingga Yohanes
dapat memberikan kesaksian tentang Dia, sebagai seorang saksi mata (1 Yohanes 1:1-4). Sebagai seorang saksi, mengalami langsung dari
apa yang ia beritakan merupakan otoritas yang sangat kuat dan menjamin
keakuratan kesaksiannya. Demikian juga bagi kita sebagai saksi Kristus (Firman
yang hidup) di masa kini. Keakuratan kesaksian kita juga berkaitan erat dengan
apa yang kita alami sendiri tentang kasih karunia Tuhan yang kita beritakan
itu, sehingga kesaksian kita juga memiliki otoritas yang kuat dan bukan hanya
berdasarkan kata orang saja.
2. Orang yang telah bersekutu dengan Allah, mestinya
tidak lagi berada dalam kegelapan. Pada waktu itu ada ajaran Gnostik yang
mengatakan bahwa seseorang bisa memiliki persekutuan dengan Allah sambil tetap
hidup dalam kegelapan. Yohanes menyebutkan orang yang beranggapan seperti itu,
sebagai pendusta dan tidak melakukan kebenaran. Jadi apa yang dimaksud dengan
bersekutu dengan Allah? Yohanes menjelaskannya dengan konsep bahwa Allah adalah
terang. Artinya di dalam Allah tidak ada kegelapan (ay.5). Dengan demikian, makna
bersekutu dengan Allah adalah hidup di dalam kebenaran, terang dan ketaatan
kepada Allah, sehingga saat kita jatuh ke dalam dosa sekali pun, maka kita
dapat mengakui dosa kita dan mengalami proses pengudusan dari Tuhan.
3. Menyangkal fakta
keberdosaan dalam diri kita berarti menipu diri kita sendiri dan kebenaran
tidak ada di dalam kita (ay.8-10). Yohanes menjelaskan ada dua sikap manusia
terhadap dosanya. Pertama, orang yang tidak mau mengakui dosanya. Kedua, orang
yang menyadari dosanya dan mengakuinya. Yohanes menyebutkan tipe pertama adalah
orang-orang yang menipu dirinya sendiri. Sedangkan tipe kedua, justeru adalah
orang-orang yang mendapat pengampunan Allah. Kita tidak akan mengalami
pengampunan Allah, jika kita tidak mau menyadari dan mengakui dosa-dosa kita.
(Pdt.Dermawisata J.
Baen, M.Th)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar