Selasa, 16 Februari 2016

FIRMAN TELAH MENJADI MANUSIA



Perikop pasal satu dari surat Yohanes yang pertama, selain sebagai perkenalan tentang siapa dirinya dalam kaitannya dengan firman hidup yang ia beritakan, Yohanes juga menuliskan kesaksiannya berdasarkan apa yang ia alami sendiri agar para pembaca suratnya beroleh persekutuan dengan Bapa di dalam Anak-Nya Yesus Kristus. Ada tiga point penting kita temukan dari perikop ini:
1. Kesaksian Yohanes tentang Firman yang hidup, sangat signifikan. Bila dalam pemikiran orang Yunani bahwa Logos (firman) telah ada sejak permulaan alam semesta. Sementara dalam pemikiran para rabi Yahudi bahwa Allah berkaitan erat dengan Firman-Nya. Maka dalam kesaksian Yohanes bahwa Firman yang telah ada sejak semula, dan berkaitan erat dengan Allah itu, benar-benar telah menjadi manusia. Karena itu firman itu dapat didengar, dilihat dan diraba serta nyata secara fisik sehingga Yohanes dapat memberikan kesaksian tentang Dia, sebagai seorang saksi mata (1 Yohanes 1:1-4).  Sebagai seorang saksi, mengalami langsung dari apa yang ia beritakan merupakan otoritas yang sangat kuat dan menjamin keakuratan kesaksiannya. Demikian juga bagi kita sebagai saksi Kristus (Firman yang hidup) di masa kini. Keakuratan kesaksian kita juga berkaitan erat dengan apa yang kita alami sendiri tentang kasih karunia Tuhan yang kita beritakan itu, sehingga kesaksian kita juga memiliki otoritas yang kuat dan bukan hanya berdasarkan kata orang saja.
2. Orang yang telah bersekutu dengan Allah, mestinya tidak lagi berada dalam kegelapan. Pada waktu itu ada ajaran Gnostik yang mengatakan bahwa seseorang bisa memiliki persekutuan dengan Allah sambil tetap hidup dalam kegelapan. Yohanes menyebutkan orang yang beranggapan seperti itu, sebagai pendusta dan tidak melakukan kebenaran. Jadi apa yang dimaksud dengan bersekutu dengan Allah? Yohanes menjelaskannya dengan konsep bahwa Allah adalah terang. Artinya di dalam Allah tidak ada kegelapan (ay.5). Dengan demikian, makna bersekutu dengan Allah adalah hidup di dalam kebenaran, terang dan ketaatan kepada Allah, sehingga saat kita jatuh ke dalam dosa sekali pun, maka kita dapat mengakui dosa kita dan mengalami proses pengudusan dari Tuhan.
3.  Menyangkal fakta keberdosaan dalam diri kita berarti menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita (ay.8-10). Yohanes menjelaskan ada dua sikap manusia terhadap dosanya. Pertama, orang yang tidak mau mengakui dosanya. Kedua, orang yang menyadari dosanya dan mengakuinya. Yohanes menyebutkan tipe pertama adalah orang-orang yang menipu dirinya sendiri. Sedangkan tipe kedua, justeru adalah orang-orang yang mendapat pengampunan Allah. Kita tidak akan mengalami pengampunan Allah, jika kita tidak mau menyadari dan mengakui dosa-dosa kita.
(Pdt.Dermawisata J. Baen, M.Th)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar