Antikristus secara umum memang berarti tidak suka atau tidak senang dengan
Kristus. Dengan pengertian ini memang benar, bahwa siapapun yang tidak mematuhi atau tidak mentaati perintah Kristus berarti digolongkan kepada Antikristus.
Karena itu Yohanes mengingatkan akan bahaya ini terbuka bagi siapapun, termasuk
orang-orang yang percaya kepada Kristus itu sendiri.
Penulis Kitab (1Yoh. 2:21) berkata, “Aku menuliskan hal ini kepadamu bukan karena kamu tidak tahu
tentang kebenaran, tetapi justeru karena kamu mengetahuinya....” Seseorang dikatakan bersalah kalau ia mengetahui suatu pada peraturan,
tetapi dengan sengaja melanggarnya. Rasul Yakobus mengatakan,”Jika seseorang
tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa”
(Yak. 4:17). Jadi perlawanan dengan sengaja pada Kristus dan ajarannya
digolongkan sebagai Antikristus. Mengapa seseorang bisa berubah
menjadi Antikristus? Yohanes menyebutkan antara lain :
Pertama, karena mereka tidak sungguh-sungguh termasuk pada kita (1 Yoh 2:19). Artinya mereka mengikuti dan menjalankan kewajiban kepercayaannya tetapi tidak dengan
sungguh-sungguh atau secara setengah-setengah. Kedua, Seorang pendusta atau pembohong maka tidak ada kebenaran dalam dirinya, karena tidak ada
dusta berasal dari kebenaran. Seorang pendusta
kata-katanya memang tidak bisa dipercaya. Yohanes menjelaskan, siapakah pendusta itu? Bukankah dia
yang menyangkal bahwa Yesus adalah Kristus? Karenanya seorang pendusta, juga tidak segan-segan menyangkal ucapannya
sendiri atau juga apa yang menjadi kepercayaannya baik langsung maupun tidak langsung, misalnya dengan sikap dan perbuatan. Inilah alasan mengapa
seorang pendusta juga digolongkan sebagai Antikristus. Bagaimana agar orang
percaya terhindar dari bahaya menjadi Antikristus? Jawabannya ialah
sungguh-sungguh menjalani kehidupan di dalam iman, jujur dalam perkataan (tidak
pendusta) serta menjauhi sifat-sifat penyangkalan terhadap Kristus, baik
kata-kata maupun perbuatan.
(Pdt.Dermawisata J.
Baen)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar